Pariwisata dan Industri Maritim Kepri Harus Dikelola Optimal

  • Whatsapp

BAROMETERRAKYAT.COM, TANJUNGPINANG. Industri pariwisata dan sumber daya maritim memiliki potensi besar dalam menigkatkan perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Gubernur Kepri, Nurdin Basirun mengatakan dua potensi tersebut harus dikelola dengan optimal.

“Negeri kita negeri bahari, bangun kejayaan dari laut,” kata Nurdin saat membuka Seminar Industri Pariwisata dan Maritim Indonesia di Kantor Bank Indonesia, Batam, Sabtu (22/4).

Bacaan Lainnya

Seminar dengan tema Industri Pariwisata dan Maritim sebagai Sumber Ekonomi Baru yang Berkelanjutan dan Inklusif ini digelar Alumni Universitas Andalas di Kepri.
Menurut Nurdib segala sektor yang berpotensi harus digarap untuk menunjang perekonomian daerah.

Apalagi, lanjutnya semua aktivitas itu bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Maritim ini dunia saya, bukan dunia teori. Saya praktik langsung. Ini sumber ekonomi lama. Cuma kita baru bangun tidur,” kata Nurdin.

Karena pariwisata tak ada musim. Tidak memerlukan modal banyak. Masyarakat bisa menikmati langsung hasilnya. Potensi itu, kata Nurdin, ada di banyak daerah di Kepri.

“Tinggal bagaimana mengelola, bagaimana menjualnya,” kata mantan Bupati Karimun ini.

Kepada generasi muda Kepri, Gubernur berharap bisa memanfaatkan potensi besar maritim dan pariwisata.

Menurutnya, Jangan selesai pendidikan, hanya fokus ingin jadi tenaga honorer di pemerintahan.

Kepada para pemuda, Gubernur menyampaikan penting menanamkan semangat orang bahari.

Orang maritim itu, kata mantan nakhoda kapal ini adalah pekerja keras. Selain itu mereka juga memiliki disiplin yang tinggi dan jujur.

“Mereka punya visi dan pikiran ke depan. Cakrawala jauh yang dipandang,” kata Nurdin.

Prinsip manajemen POAC, kata Nurdin, juga menjadi panduan orang bahari. POAC itu adalah planing (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) dan controlling (pengawasan). Hal itu, tegas Nurdin, membuat orang maritim meraih kesuksesan.

“Terakhir, mereka biasanya tawadhu atau rendah hati. Ketika badai menghantam di lautan, kepada Yang Maha Kuasa mereka berserah,” kata Nurdin.

Redaksi

Pos terkait

Comment