Peran Pemuda Dalam Pilkada Bersih di Tanjungpinang

  • Whatsapp

BAROMETERRAKYAT.COM. Sebagai Negara yang memegang paham Demokrasi, Undang-undang dasar negara republik Indonesia 1945 telah menjamin kemerdekaan atas warga negara untuk berserikat, berkumpul serta mengeluarkan pendapat karna dianggap sebagai bagian dari hak asasi manusia dan untuk terwujudnya kehidupan berbangsa yang kuat dalam negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, demokratis, dan berpedomankan Hukum.

Sejatinya Pemuda merupakan ujung tombak terhadap kemajuan bangsa, pemuda juga menjadi garda terdepan dalam menentukan masa depan bangsa.

Bacaan Lainnya

Oleh karna itu kenapa dalam menentukan hajat orang banyak, pemuda selalu menjadi prioritas utama sebagai kendaraan menuju pembangunan yang berdampak terhadap kesejahteraan rakyat.

Sebagaimana yang telah di ucapkan oleh bung Karno kepada kita “berikan aku 10 orang pemuda maka akan ku guncang dunia” begitu luar biasa makna yang tersirat dalam penggalan kalimat yang telah diucapkan oleh bapak pendiri bangsa ini, salah satu bukti seberapa besar peran pemuda terhadap peradaban dunia.

Sehingga pemuda merupakan sosok yang tidak pernah tinggal didalam segala perbincangan dan perjalanan Zaman di tanah air.

Menjadi pertannyaan kita semua saat ini adalah, apa hubungan pemuda terhadap perpolitikan di daerah ? bagaimana sikap pemuda terhadap perpolitikan didaerah ? dan mengapa peran pemuda terhadap perpolitikan di daerah sangat penting ?

Ada beberapa pertanyaan penting lainnya yang harus dilotarkan kepada pemuda-pemudi di daerah ini.

Partisipasi pemuda didalam kegiatan politik sangatlah diperlukan, terutama partisipasi pemuda dalam menyampaikan gagasannya di dalam pesta demokrasi.

Pemuda memiliki peran yang strategis dalam politik di bangsa ini. Pemuda adalah sosok yang selalu menjadi pusat perhatian karena semangat juangnya yang tinggi dalam membela negara. Pemuda adalah tulang punggung bangsa yang diharapkan mampu memperbaiki masa depan bangsa ini menjadi lebih baik. Pemuda memiliki peran sentral dalam mendobrak kebuntuan politik.
Kontribusi pemuda dalam menyongsong pesta demokrasi sehat dalam pilkada 2018 mendatang sangatlah diperlukan.

Namun sayangnya, banyak pemuda saat ini yang acuh terhadap politik, mereka terdogma bahwa politik cenderung berstigma buruk, terlebih banyaknya berita dari media yang menyebutkan banyaknya kasus penyelewengan wewenang oleh oknum-oknum politik.

Dengan kondisi yang demikian, pemuda diharapkan turut andil untuk memperbaiki sistem pemerintahan di Indonesia bukan justru sebaliknya acuh dan tak mau tahu.

Kondisi politik yang tak lepas dari money game perlu dobrakan pemuda agar lebih baik dari periode ke periode berikutnya.

Pemuda adalah leader of change yang membawa kontribusi besar untuk kebaikan bangsa ini.

Telah kita ketahui bahwa politik uang dalam kampanye selama pencalonan di pilkada sudah menjadi budaya yang mendarah daging pada masyarakat Indonesia.

Tak jarang demi memenangkan pilkada, partai politik atau wakil dari parpol tanpa tanggung-tanggung mengucurkan ratusan juta, milyaran hingga triliunan untuk memenangkan pilkada.

Biasanya, uang dibagi-bagikan pada rakyat dengan maksud ketika pemilihan, rakyat memilih calon yang memberinya uang. Pemberian uang dari para calon dalam pilkada ini merupakan sogokan agar ia terpilih.

Pemuda sebagai leader of change harus turut andil dalam menanamkan stigma ke masyarakat dan memberikan pendidikan politik bahwa pilkada harus dilakukan secara sehat tanpa politik uang atau sogokan saat pencalonan.

Bukan berarti calon tidak memberikan uang ke masyarakat itu pelit karena tidak mau berbagi ke masyarakat, melainkan karena mereka menjunjung nilai-nilai kejujuran dan keadilan.

Sebab calon terpilih yang menggunakan sistem politik uang dalam pilkada, secara otomatis mereka ketika terpilih bukan bekerja secara tulus untuk memperjuangkan hak rakyat melainkan bekerja untuk mengembalikan modal awal ketika pencalonan sehingga hal iniah yang memicu terjadinya korupsi.

Mereka yang menang karena pilihan rakyat menggunakan politik uang akan berfikir bagaiaman mendapatkan hasil untuk mengembalikan modal.

Sebaliknya, bila mereka terpilih bukan karena politik uang saat pencalonan dengan tidak menyogok rakyat, maka ketika mereka menjabat sebagai wakil rakyat mereka akan sungguh-sungguh bekerja memperjuangkan hak rakyat.

Ibarat kata kamu menjual, maka kamu harus untung. Hal inilah yang perlu dihindari, sebab hal inilah yang memicu terjadinya tindak korupsi selama masa jabatan.

Bila kita menginginkan Indonesia bersih dan bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), maka lakukanlah pilkada yang sehat tanpa politik uang.

Selain itu, pemuda juga perlu menanamkan mindset ke masyarakat bahwa pilkada harus dilakukan dengan sehat yakni tanpa politik uang dalam pencalonan. Masyarakat di daerah diimbau agar tidak menerima uang sogokan dari wakil rakyat.

Dengan kerja sama yang baik antara pemuda dan masyarakat, diharapkan terbentuklah pilkada sehat tanpa politik uang.

Rakyat jangan mau disogok, sebab ketika rakyat mau disogok maka ketika pejabat melakukan penyelewengan, rakyat sendiri yang menderita.

Rakyat harus cerdas, dengan tidak menerima sogokan masyarakat dapat leluasa tanpa rasa sungkan memprotes pejabat pemerintah bila melakukan penyelewengan.

Sehingga rakyatpun turut andil dalam pengawasan sistem pemerintahan di Indonesia agar berjalan dengan adil, bersih, dan jujur.

Seperti keluhan langsung salah seorang pejabat di Kepri kepada saya dorongan dan desakan dari rakyat juga berpengaruh terhadap keinginan mereka para pejabat negara untuk melakukan tindakan korupsi, untuk memenuhi segala permintaan dan desakan dari rakyat. Untuk kedepannya kita harus cerdas dan objektif dalam menentukan pilihan kita.

Adanya undang-undang yang megatur bahwa setiap calon dalam pilkada ataupun parpol nya tidak diizinkan melakukan politik uang dengan membagi-bagikan uang ke rakyat saat pencalonan.

Masyarakat harus bermental jujur dan menjunjung integritas bangsa dengan menolak politik uang dalam kampanye ataupun menolak pemberian uang atau hadiah atau barang apapun dari calon kepala daerah selama proses pilkada.

“Kita sudah cukup lama terpuruk, janganlah biarkan kita menjadi semakin terpuruk, berdirilah diatas jerih payahmu, dan jadilah manusia yang memanusiakan manusia………Dan apa yang membuat kita lemah kawanku ? sedangkan didalam diri kita bersemayam kekuatan, simpulkanlah semua kekuatan itu, sehingga dunia ini akan tunduk dibawah kakimu”.

Penulis : Darwis

Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH)

Pos terkait

Comment