Gagal Diselundupkan, TKI Disembunyikan Dipulau Rawa

  • Whatsapp

BAROMETERRAKYAT.COM, TANJUNGPINANG- Nasib baik belum berpihak kepada keempat nelayan dari Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam ini. Pasalnya belum sempat memperdagangkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk bekerja di negara Malaysia, keempat nelayan ini harus berakhir di meja hijau Pengadilan Negeri (PN) Tanjungpinang.

Terdakwa masing-masing Sali Bin Saleh (32), M. Rasip Bin Tayib (42),Yusri Bin Kiting (46) dan La Ode Tamran Alias Ujang Bin Tani (32) kembali disidang di Pengadilan Negeri (PN) Tanjungpinang. Sidang lanjutan mendengarkan saksi yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Gustian Juanda Putra, SH dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Tanjungpinang, Senin (7/11)

JPU menghadirkan saksi penagkap dari tim WFQR Lantamal IV Tanjupinang yaitu Nano Eriyanto.

Didepan Majlis Hakim saksi Nano mengatakan keempat terdakwa ini membawa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal dari Batam menuju Malaysia. Namun saat sampai ke Malaysia para terdakwa kembali lagi ke perairan Indonesia, karena para penerima TKI di Malaysia tidak kunjung datang untuk menjemput TKI yang telah dibawa keempat terdakwa.

Para TKI yang dipulangkan kemudian disembunyi dipulau yang tidak berpenghuni di Pulau Rawa sekitar 2 mill dari Pelabuhan Bandar Bintan Telani (BBT)

Setelah TKI disembunyikan oleh keempat terdakwa, kata Nano, keempat terdakwa kembali menuju Pelabuhan BBT untuk mencari bahan bakar. Setelah sampai dipelabuhan BBT, menurut Nano, pihaknya dari tim WFQR melakukan penangkapan terhadap keempat terdakwa.

“Dilakukan pemeriksaan terdakwa katanya mereka akan kembali mengantar ‎TKI ilegal ini ke Malaysia namun belum mengantar keempat terdakwa ini kami tangkap,” kata Nano di persidangan.

Lebih lanjut, Nano menyebutkan empat terdakwa menyembunyikan TKI di Pulau Rawa sebanyak 13 orang. 12 orang dewasa dan 1 bayi yang masih berusia satu bulan setengah. Pada saat mengamankan satu bayi dalam kondisi melemah, sehingga dari pihaknya langsung membawa bayi tersebut ke Puskesmas terdekat.

“Bayi dibawa orang tuanya, ketika hendak bekerja di Malaysia, kondisi bayi sudah melemah lagsung dibawa ke Puskesmas terdekat,” ungkap Nano

Sebelumnya, keempat terdakwa didakwa JPU telah melakukan  Human Traffiking (perdaganan manusia_Red) karena membawa warga negara Indonesia keluar Indonesia bertujuan untuk eksplotasi keluar wilayah negara Indonesia untuk dipekerjakan.

Terdakwa didakwa pasal berlapis, sebagaimana dalam dakwaan pertama melangar pasal 4 jo pasal10 undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Dalam dakwaan keempat terdakwa, melangar pasal 102 ayat 1 huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Penepatandan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

JPU menyebutkan, perbuatan keempat terdakwa berawal pada hari Sabtu, 6 Agustus 2016 sekira pukul 20.00 wib terdakwa Yusri di jemput Rustam (DPO) dengan mengunakan mobil. Sambil menungu informasi dari La Ode untuk berangkat menuju kepantai keberangkatan. Terdakwa Yusri di beri satu buah handpone dan kartu Malaysia untuk menghubungi pengurus yang ada di Malaysia.

Kemudian terdakwa La Ode menghubungi terdakwa Yusri bahwa speed telah berangkat menuju kepantai Merantau di Batam. Sebelum sampai kepantai Yusri menemui sejumlah TKI yang akan diberangkatkan dan Yatim (DPO). Setelah bertemu, TKI langsung diantar dengan mengunakan dua mobil ke Pantai Merantau sedangkan terdakwa Yusri pergi dengan anak buah Rustam (DPO)

“Terdakwa La Ode, M. Rasip dan Ujang sudah menungu di Pantai Marantau,” kata JPU

Lebih lanjut, JPU menyebutkan terdakwa Yusri berperan sebagai penujuk jalan ke Pantai Madus yang berada di Malaysia, sementara itu La Ode berperan sebagai tekong atau nahkoda kapal jenis sped boat sedangkan terdakwa Ujang dan M Rasip sebagai anak buah kapal (ABK).

Setelah sampai di pantai Madus Malaysia, pengurus dari Malaysia tidak ada, keempat terdakwa berusaha menghubungi pengurus ini. Menungu lebih kurang satu jam tidak ada respon dari pengurus, terdakwa memutuskan membawa kembali TKI ke Indonesia. Kemudian bahan bakar speed boat yang digunakan tidak mencukupi, terdakwa menurunkan para TKI di Pulau Rawa dekat Lagoi.

Kemudian terdakwa meminta kepada para TKI sebesar RP 400.000 untuk membeli makan dan bahan bakar. (SAHRUL)

Pos terkait

Comment