MERANGKAI PRESTASI MEMAKMURKAN NEGERI

  • Whatsapp

SIAPA yang tidak kenal dengan Lis Darmansyah dan Syahrul. Dua sosok pemimpin negeri yang tiada lelah memikirkan kemajuan Kota Tanjungpinang. Pasangan ini dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang pada tanggal 16 Januari 2013 silam.

Saat ini, sudah memasuki tahun ke-5 ke pemimpinannya. Selama itu juga kerja keras sudah dilakukan, berbagai pembangunan pun sudah dilaksanakan, dan berbagai penghargaan pun sudah didapatkan.

Lis seorang pemimpin yang tegas dan lugas, segala sesuatu harus cepat dan tuntas. Syahrul seorang penyabar dan tenang dalam berbagai situasi dan keadaan. Meskipun karakter mereka berbeda, akan tetapi keduanya saling melengkapi. Dalam menegakkan disiplin, Lis mewajibkan pegawainya mengikuti apel pagi tanpa terkecuali. Bagi yang nongkrong di kedai kopi, sanksi sudah menanti, bisa dibuat tenar seantro negeri.  Liputan di media pun akan hadir silih berganti mempublikasikan bagi yang suka uji nyali  ketika jam kerja asyik di kedai kopi. Hal ini pula yang membuat jera para pegawai Pemkot Tanjungpinang, hingga kedai kopi pun ikutan lengang.

Awalnya cukup sulit merubah pola yang ada, pegawai pun ketakukan dibuatnya, bagi yang tidak terbiasa disiplin bagaikan makan pil kina, pahit rasanya. Namun gaya kepemimpinannya inilah justru membuahkan hasil yang manis untuk Tanjungpinang yang dapat dilihat, dirasakan dan dinikmati hingga hari ini.

Awal dari pergerakannya, ia mulai dari reformasi birokrasi. Bagi Lis, pembangunan tentulah harus dimulai dengan perencanaan yang baik, sinergisitas dan SDM berkualitas. Menurutnya, keberhasilan pembangunan bukan karena dirinya semata atau wakilnya maupun Sekda. Ketiganya hanyalah sebagai motor penggerak saja, sedangkan  teknisnya ada di OPD, Camat, Lurah, RT/RW dan dukungan penuh seluruh lapisan masyarakat. “Tanpa ada mereka  apa yang kami rencakan tentu tidak akan bisa jadi apa-apa,” tuturnya.

Berbicara tentang reformasi birokrasi dan prestasi, di awal tahun kepemimpinananya,  akhir tahun 2013 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui survey integritas sektor publik yag dilaksanakan di 60 kabupaten/ kota se- Indonesia, menempatkan Kota Tanjungpinang pada posisi ke empat. Indeks nilai Kota Tanjungpinang sebesar 7,50 bahkan di atas indeks minimal yang di tetapkan KPK yaitu 6,00. Budaya dan mental kerja ASN di lingkungan pemerintah Kota Tanjungpinang meningkat tajam di bawah binaan wali kota.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan pemerintahan, tentunya diperlukan dukungan sarana, prasarana dan infrastruktur. Kecamatan dan kelurahan sebagai ujung tombak pelayanan pemerintahan, mendapat prioritas pembangunan fisik pada tahun kedua. Kantor Kecamatan Tanjungpinang Barat, Kecamatan Bukit Bestari, Kelurahan Batu IX, Kelurahan Melayu Kota Piring, Kelurahan Sei Jang, dan Kelurahan Tanjungpinang Barat berubah menjadi bangunan kantor yang representatif.

Wali Kota Tanjungpinang Lis Darmansyah

Kondisi ini  berpengaruh pula pada psikologis aparatur kecamatan dan kelurahan untuk lebih meningkatkan kualitas dan kabalitas pelayanan publik.  Pembinaan secara inten mendapat pengakuan  dari Kementrian Pemberdayaan Aparatur  Negara  dan Birokrasi, sehingga Tanjungpinang memperoleh penghargaan Inovasi Administrasi Negara (INAGARA). Pada tahun 2015 kementerian tersebut juga memberikan penghargaan predikat sangat baik atas Laporan akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Peningkatan kesehatan dasar masyarakat juga menjadi perioritas. Pemkot Tanjungpinang melakukan revitalisasi Puskesmas  batu 10 dan puskesmas pancur. Puskesmas batu 10 bersama 58 puskesmas se Indonesia menjadi role model puskesmas terbaik seIndonesia. Puskesmas ini juga merupakan puskesmas pertama di Kepulauan Riau yang terakreditasi oleh komisi akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) RI dengan tingkat akreditasi Madya.

Berbagai macam pembangunan terus dilaksanakan, mulai dari jalan, jembatan, perkantoran bahkan dunia pendidikan juga tidak luput dari kedua pemimpin ini. Selain itu juga moral, etika, tatakrama bahkan adat istiadat dan budaya melayu juga mendapat perhatian khusus. Hal ini ditunjukkan dengan penataan kawasan pulau penyengat yang mengedepankan adat dan budaya Melayu. Untuk mengunjungi pulau ini harus berbusana rapi menutup aurat. Selain itu juga memakai baju kurung dan tanjak setiap hari Jumat sudah menjadi tradisi. Pemkot Tanjungpinang bersama Lembaga Adat Melayu sudah seia sekata untuk membudayakannya.

Gedung gonggong sebagai Land mark Kota kini sudah berdiri dengan megahnya di tepi laut. Gedung yang dijadikan sebagai pusat informasi para turis ini diresmikan pada akhir tahun 2016 sudah banyak menyita perhatian turis domestik maupun mancanegara. Tempat ini digunakan untuk berfoto ria oleh siapa saja yang singgah ke sana, tepatnya  berada pada kawasan Laman Boenda. Laman Boenda arena bermain anak yang sangat ramah lingkungan. Para orang tua bisa menikmati hembusan angin sepoi-sepoi serta indahnya pulau penyengat sambil duduk mengawasi sang buah hati. Dengan modal Rp. 20.000 untuk membeli jagung bakar dan jambu batu anak-anak sudah senang sekali menghabiskan waktu di sini. Tempat yang nyaman dikunjungi, murah meriah tapi bergengsi.

Penataan perparkiran yang awalnya cukup sulit dilakukan, kini sepanjang jalan protokol yakni jl. Merdeka dan Jl. Teuku Umar yang berada di Kota lama sudah tertata sedemikian rupa. Masyarakat tidak bisa seenaknya parkir sembarangan, bila melanggar siap-siap kendaraan digembok oleh Dinas Perhubungan. Kalau sudah begini, tentu semua pada patauh pada aturan yang sudah ditetapkan Pemkot Tanjungpinang. Petugas parkirpun ditertibkan, khusuunya penggunaan karcis parkir harus diberikan kepada pelanggan, kalau tidak diindahkan sanksi administrasi bahkan sampai pemecatan sudah menanti.

Hal ini dilakukan agar menimbulkan efek jera, meskipun nilai uangnya untuk kendaraan roda dua hanya Rp. 1.000 dan roda 4 Rp. 2.000, akan tetapi bila semua masuk ke kas daerah tentulah akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Tanjungpinang juga. Sedangkan hasil akhirnya dipergunakan untuk percepatan pembangunan daerah ini.  Keberhasilan tersebut  juga dilirik oleh Pemerintah Pusat, sehingga Tanjungpinang berhasil bmemperoleh penghargaan Wahana Tata Nugraha dari Kementrian Perhubungan.

Berhasilnya sebuah pembangunan tentunya tidak terlepas dari sebuah perencanaan yang matang pula. Hal ini terbukti Tanjungpinang berhasil memboyong piala Pangripta Nusantara sebagai kota yang memiliki perencanaan terbaik peringkat ke tiga se-Indonesia pada tahun 2017. Selain itu juga sebagai pertanggungjawaban keuangan  atas apa yang sudah dilaksanakan Tanjungpinang berhasil  mendapat predikat Wajar tanpa pengecualian oleh BPKP.

Ada momen yang sangat berharga di tahun 2017 ini ketika tiga buah penghargaan diterima Wali Kota Tanjungpinang  dalam kurun waktu 2 minggu berturut-turut. Diawali dengan predikat Kota Layak Anak pada 22 Juli 2017 karena telah berhasilnya Tanjungpinang mampu menciptakan kota yang layak untuk dihuni anak. Bukanlah mudah mendapatkannya,ada 24 kriteria yang terbagi pada 5 cluster yang harus dipenuhi. Diantaranya anak berhak mendapatkan akte kelahiran, pendidikan yang layak, pelayanan kesehatan yang baik dan tidak diskriminatif, tersedianya sarana dan prasarana anak berkebutuhan khusus, serta penanganan anak yang berhadapan dengan  hukum. Hal inilah yang mengantarkan Walikota Tanjungpinang berdiri bersama 126 Kabupaten/Kota se-Indonesia menerima piala kota layak anak tingkat pratama yang diserahkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Pekanbaru.

Pada tanggal 27 Juli 2017 Presiden Jokowidodo menyerahkan piala Kepada Lis Darmansyah di Jakarta atas keberhasilan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Pembaca pasti bertanya-tanya kok bisa Tanjungpinang mendapatkannya, lalu apa yang menjadi indikatornya? Sudah tentu banyak hal yang sudah dilakukan Pemko Tanjungpinang untuk menekan inflasi di kota ini. TPID Kota Tanjungpinang yang diketuai oleh Sekda Riono rutin melakukan rapat koordinasi bulanan. Rapat ini bukan hanya saja dihadiri oleh OPD Pemko Tanjungpinang saja, akan tetapi juga oleh Bank Indonesia, Bea Cukai, Bulog, Kepolisian, BPS dan instasi lainnya yang bersinggungan langsung untuk menjaga kestabilan harga. Bila ada masalah atau kendala di lapangan, tim segera berembuk mencari solusi.

Hal tersebut dapat dirasakan langsung oleh masyarakat Tanjungpinang, ketika memasuki bulan suci Ramadhan, harga bahan pokok masih stabil, begitu juga jelang hari raya Idul Fitri. Perbankan dan BUMD digandeng Lis untuk menjalankan program secara bersamaan. Melalui pasar murah harga dapat ditekan, insifla pun dapat dikendalikan.

Pada tanggal 2 Agustus 2017 bertempat di gedung Manggala Wanabhakti Jakarta, Lis kembali menerima  piala Adipura untuk kategori kota sedang bersama 122 Kabupaten/Kota se-Indonsia, yang diserahkan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ini merupakan piala ke-13 sejak kota otonom Tanjungpinang ada dan sejak Program tersebut dikucurkan oleh  Pemerintah Pusat. Hadirnya piala ini berkat kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat Tanjungpinang, serta peran pers dalam menyampaikan pencerahan kepada masyarakat. Rasa syukur itupun diungkapkan dengan arak-arakan piala adipura mulai dari bandara Raja Haji Fii Sabilillah dilanjutkan putar-putar keliling kota dan berakhir di gedung gonggong.

Kebahagiaan terpancar nyata dari masyarakat Tanjungpinang, truk-truk yang berisi lima ratus lebih  petugas kebersihan melambaikan tangan pada penonton yang berjejel ditepi jalan menyaksikan arak-arakkan. Anak-anak sekolah juga tidak ketinggalan sambil melambaikan bendera merah putih dari kertas. Pemandangan yang unik dan menarik, ketika ratusan kendaraan memunuhi ruas jalan. Perhatian pemerintah kepada petugas kebersihan juga tidak ketinggalan, bonus sebagai tanda terima kasih juga langsung dibagiakan sebesar Rp. 400.000 perorang. Mereka juga tampak ceria, sambil berfoto memegang piala adipura.

Ada satu hal yang membuat Tanjungpinang bertabur bintang di tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya. Komunikasi yang inten antara Lis dengan pejabatnya terus terjalin. Seluruh pejabat Pemko Tanjungpinang bergabung dalam group WA dan LINE, baik pejabat esselon II, III, maupun IV. Dari group inilah segala bentuk informasi maupun laporan ada, Tidak hanya Walikota, Wakil Walikota dan Sekda juga ada di dalamnya. Bila ditemukan kendala langsung dicarikan solusinya, sehingga penanganan dapat segera dilakukan. Sosial Media  Face Book  maupun Instagram juga ada, bahkan Lis selalau menyempatkan diri berkomunikasi dengan masyarakat melalui dunia maya ini. Lis dalam kesehariannya minimal 400 sms dibalasnya, baik itu dari masyarakat maupun kalangan pejabat.  Ia tetap meluangkan waktu untuk masyarakat. Tak heranlah ia mendapat penghargaan Yokatta Golden Award bersama Menteri dan Walikota/Bupati lainnya se-Indonesia sebagai Wali Kota Komunikatif.

Apa untungnya seabrek penghargaan, toh yang dibutuhkan masyarakat bukanlah segudang penghargaan dan setumpuk piala, tapi kesejahteran hidup yang utama. Nah, ini jawabannya. Tahukan pembaca?, sejak diperolehnya penghargaan nasional tersebut sudah banyak daerah-daerah di nusantara datang berkunjung ke Tanjungpinang. Mereka datang tidak hanya sekedar ingin tahu dan berbagi ilmu, akan tetapi juga mampu meningkatkan hunian hotel, restaurant, UMKM, Penerbangan, pelayaran, dan perdagangan dan lainnya. Selain itu juga menambah jumlah kunjungan wisata ke daerah ini. Peluang inilah yang harus kita tangkap untuk mensejahterakan rakyat. Keramah tamahan masyarakat, kebersihan, keindahan dan kenyamanan berada di Tanjungpinang juga disampaikan oleh belasan Wali Kota Negara Asia yang hadir di Tanjungpinang pada acara Urban Nexus ke -7. Bahkan utusan India mengatakan dengan gamblang bahwa  Tanjungpinang jauh lebih bersih dan indah dibandingkan negaranya India.

Berdasarkan data BPS tahun 2016 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Tanjungpinang berada diatas level nasional, dimana IPM berada pada angka 77,77. Sedangkan IPM nasional hanya 70, 18 dan IPM Provinsi Kepri 73,99. Selain itu juga Laju pertumbuhan ekonomi Tanjungpinang juga berada di level atas, yakni pada angka 5, 08, Provinsi Keperi masih berada di bawah angka nasional yakni pada angka 4,77, sedangkan nasional pada angka 5,02. Hal ini menunjukkan angka yang sangat menggembirakan, dimana Indangunan Manusia dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Tanjungpinang berada di atas Provinsi Kepri khususnya dan Nasional umumnya.

Sungguh pun demikian, belum seluruh yang dicita-citatakan Lis-Syahrul dapat terwujud. Food court, Masjid terapung dan pembangunan stadion olah raga belum bisa dilaksanakan hingga akhir masa jabatan.  Hal ini karena keterbatasan anggaran dan terjadinya defisit anggaran sejak awal tahun 2015. Kecilnya dana APBD membuat Lis mencari pola baru meneruskan pembangunan. Ia tidak kenal kata menyerah, lobi-lobi ke Pemprov Kepri terus dilakukan, dana DAK dan APBN juga jadi incaran sehingga pembangunan dapat terus dilanjutkan.

Meskipun penghargaan sudah banyak didapatkan, namun bukan berarti permasalahan di berbagai bidang tuntas sampai di situ saja. “Masalah pastilah ada, akan tetapi pemerintah Kota Tanjungpinang punya komitmen dan terus berupaya agar dapat meminimalisirnya,” ujar Lis. Lis berharap apa yang sudah diperbuat tentunya dapat bermanfaat untuk kepentingan masyarakat banyak.

Itulah gambaran singkat Tanjungpinang Kota Gurindam Negeri Pantun yang sangat kita cintaia dengan sosok kepemimpinan Lis-Syahrul selama ini. Semoga apa yang sudah diperbuat oleh kedua pemimpin negeri ini juga dapat dilanjutkan untuk kemajuan Tanjungpinang ke depan.  Sekali Layar Terkembang Pantang Surut Kebelakang, Selamat HUT RI KE-72, Jayalah negeriku, majulah bangsaku semoga kita dapat terus bekerja, berkaya menuju Tanjungpinang Gemilang

Advetorial

(Elvi Arianti, S.Pt, M.Si/Humas TPI)

Pos terkait

Comment