BAROMETERRAKYAT.COM, PARIAMAN. Makam Syekh Abdur Rauf hanya ada di Kuala Aceh dan tidak benar ada di Singlkil demikian kata Abdul Wahid Khalipah VII Syekh Kuala Abdur Rauf Singkili.
Menurut Abdul Wahid pada tahun 1980-an datang jemaah dari Pariaman ingin meminta tempat di kawasan makam Syekh Abdul Rauf, kala itu khalipah belum memberi jawaban karena harus bermusyawarah dahulu dengan pemuka agama di Nangro ini sebab bagaimanapun Makam ini milik bersama bukan milik Khalipah selaku pemegang mandat Khalipah VII Syekh Abdur Rauf, kiranya tidak lama kemudian jemaah Pariaman memugar kuburan yang ada di singkil dan membangunan image yang menisbatkan disana adalah makam Syekh Abdur Rauf sehingga Nagro jadi goncang karena perbuatan itu tidak sesuai faktasejarah dan bertentangan dengan kebiasaan para pendahulu pemuka kelompok Syatariyah yang makamnya ditempatkan tepi laut.
“Syekh Abdur Rauf memang kelahiran Singkil dan ibunya penduduk asli singkil ayahnya guru agama yang mengajar di lokasi tersebut dan syekh Abdul Rauf pernah belajar disitu sebelum belajar ke negri Arab kemudian kembali ke Aceh dan mengajar menggantikan saudaranya meneruskan kerja keluarga besarnya sebagai guru Agama, setelah Sipono di lulus berkhulwat dan dinobatkan menjadi syekh Burhanuddin Syek Abdur Rauf pindah mengajar ke Kuala karena diangkat menjadi Mufti pemutus undang undang di Kerajaan Aceh dan hingga wafat beliau disemenyamkan di Kuala ini,” ujar Abdul Wahid.
Mengenai kuburan yang ada di lokasi kelahiran Abdur Rauf Khalipah Abdul Wahid membantah itu adalah kuburan Syekh Abdul Rauf.
“Karena waktunya yang sudah ratusan tahun jadi bisa saja itu merupakan kuburan seorang ulama yang pernah mengajar di sana tetapi bukan Abdul Rauf,” Ujar Abdul wahid tegas
Menurut Tuangku yang tidak ingin disebut namanya Jemaah Syatariyah Pariaman 80 persen mempercayai cerita yang dilansir dari mimpi Gurunya bahwa ada cahaya yang terbang dari makam Syek Abdul Rauf di kuala ke arah Singkel sehingga mereka mencari jejak cahaya tersebut dan menemukan orang tua yang buta dan menceritakan bahwa disana ada kuburan tua yang menurutnya seorang kuburan seorang ulama.
“Untuk itu kami selaku murid agar tidak durhaka pada guru maka kami terpaksa harus melakukan jiarah sesuai amanah almarhum guru kami ke singkil dan agar tidak terputus tali pada guru yang terdahulu kami juga melakukan jiarah ke kuala” ujar Tuangku. (Bj)
Comment