“Industri pengolahan alumunium jika berdekatan dengan kawasan pariwisata akan saling mempengaruhi. Dikhawatirkan adanya emisi dapat mengganggu dunia pariwisata. Ini menjadi PR, namun akhirnya mendapat pembuktian adanya produksi SGA dengan teknologi terkini, tidak mengeluarkan emisi sehingga dapat beroperasi berdampingan dengan kawasan pariwisata,” kata Robert.
Akhirnya KEK Galang Batang mendapat lampu hijau dari Pemerintah pusat dengan terbitnya PP No. 42 Tahun 2017 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang. Sebelumnya PMA memilih lokasi Galang Batang, Kepri, tentunya dengan berbagai pertimbangan keunggulan-keunggulan yang dimiliki Kepri.
“Pertama daerah Kepri yang masuk dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I yang mana jika keluar peraian akan langsung ke perairan internasional. Kedua, kondisi leadership di Kepri cukup akrab dan ramah kepada investor. Yang mana multiplayer effectnya akan meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian secara keseluruhan,” ungkap Mantan Deputi IV BP Batam ini.
Untuk diketahui, industri alumunium berasal dari bahan baku bauksit yang diproses melalui empat tahapan sehingga menghasilkan alumina.
Di PT. BAI, alumina yang diproduksi merupakan Smelter Grade Alumina (SGA). Alumina ini merupakan bahan baku penghasil alumunium ingot yang diperlukan oleh industri-industri besar seperti pesawat terbang, kereta api, dan mobil. Hilirisasinya juga akan lebih banyak lagi seperti bahan baku wadah minuman kaleng, juga alumunium foil.
Saat ini, PT. BAI sudah memiliki alumunium refinery untuk memproduksi SGA yang mana produksi tersebut sudah mulai diekspor. Proyeksi ke depan PT. BAI juga akan membangun alumunium smelter unutk memproduksi alumunium ingot.
Dimana PT. BAI menargetkan akan memproduksi 2 juta ton SGA yang dapat menghasilkan 1 juta ton alumunium ingot. Target tersebut direncanakan akan tercapai pada tahun 2027 dengan rincian produksi 250 ribu ton ingot di tahun 2025, 250 ribu ton di tahun 2026 dan 500 ribu ton di tahun 2027.
“Untuk mengakomodir masuknya bahan baku bauksit dari Pulau Kalimantan dan batu bara untuk keperluan PLTU dari Tanjung Enim, Sumatera, serta keperluan ekspor produk, diperlukan pelabuhan yang memadai. Di KEK Galang Batang sudah dibangun pelabuhan dengan kapasitas bongkar muat 20 juta ton per tahun. Dapat dikatakan pelabuhan Galang Batang ini yang paling modern di Kepri. Dengan fasilitas konveyer sehingga efisiensi transportasi dapat ditingkatkan” ujar Robert.
Sedangkan untuk keperluan energi penunjang produksi, saat ini PT. BAI sudah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 6 x 25 MW. Untuk memenuhi target 1 juta ton alumunium ingot pada tahun 2027, diproyeksikan akan dibangun PLTU dengan total kapasitas 2.850 MW.
Comment