BAROMETERRAKYAT.COM, PARIAMAN. Tiga warga Desa Cubadak Mentawai, Kecamatan Pariaman Timur menderita penyakit rapuh tulang. Ketiganya bernama Iqbal (19), Ridwan (17) dan Dila (15).
Mengetahui hal itu, Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Pariaman Mardison Mahyuddin didampingi Kepala Dinas Sosial Kota Pariaman Afnil, Ketua Baznas Jamohor, Kabag Kesra Setdako Pariaman Syamsuardi, Camat Pariaman Timur Muhammad Arif, dan Kepala Desa Cubadak Mentawai, Azwirman langsung menyambangi rumah kediaman keluarga tersebut, Rabu (21/10).
“Sebelumnya, Pemerintah Kota Pariaman telah dulu memberi bantuan untuk keluarga pengidap penyakit langka tersebut sejak tahun 2012 silam melalui Dinas Sosial, dan hari ini juga terlibat Baznas Kota Pariaman “, ungkap Mardison.
“Pemko Pariaman secara stimulan setiap bulannya memberikan bantuan sosial seperti bantuan BLT dan bantuan lainnya. Bantuan tersebut demi membantu kelangsungan hidup mereka,” lanjut Mardison.
Pihaknya juga akan terus melakukan pemantauan terhadap kesehatan anak ini setiap saat melalui kepala desa dan camat.
Mardison juga mengajak para dermawan untuk bisa sama-sama meringankan beban keluarga ini dalam memenuhi kebutuhan dan biaya pengobatan untuk tiga anak yang menderita sejak kecil ini.
Mardison juga tuturkan, meskipun anak-anak ini tidak memiliki kekuatan fisik karena tulangnya rapuh namun pemikirannya secara batin sehat wal’afiat, ini adalah kebesaran dari Allah.
Sementara itu, Azwardi ayah dari enam orang anak tersebut mengatakan, anak-anak saya ini menderita penyakit rapuh tulang, sehingga rentan dan sering mengalami patah tulang. Bahkan kejadian patah tulang sudah sampai dua puluh kali terjadi di sekujur tubuh.
Meski dalam kondisi sangat memilukan, ketiga kakak beradik itu sama sekali tak kehilangan semangat hidup. Ketiganya masih ceria dan saling melepas canda.
Menurut sang ayah, ketiganya tetap berkomunikasi dan bermain selayaknya teman sebaya mereka. Meski memang, semuanya dilakukan dalam kondisi serba keterbatasan.
Iqbal yang hampir berusia 20 tahun pun kerap pergi bermain dengan teman sebayanya dengan kendaraan kursi roda reot, yang untuk naik ke atasnya pun mesti dibantu dan didorong oleh rekan-rekan sepermainan.
“Kalau di rumah, untuk pindah-pindah itu mereka menggeser badan dengan kepala. Tulang-tulang yang bekas patah tidak bisa normal lagi. Untuk buang air kecil pun, tempat buangnya itu saya buat sendiri. Tapi alhamdulillah mereka tetap belajar di rumah. Terutama belajar baca Alquran. Ketiganya sudah bisa dengan lancar,” tutup Azwardi.
Zaituni
Comment