Tujuh Bahasa Daerah di Indonesia Sudah Punah

  • Whatsapp
Ilustrasi tujuh bahasa Daerah di Indonesia sudah punah (Foto: Net)

3. Bahasa Hoti

Bahasa Hoti dituturkan oleh masyarakat di Desa Hote, Kecamatan Bula Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku.

Berdasar pengakuan penduduk, di sebelah barat wilayah tutur bahasa Hoti berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Banggoi.

4. Bahasa Serua

Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat di Desa Waru, Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

Berdasar pengakuan penduduk, bahasa Serua juga dituturkan di sebelah timur, barat, serta selatan Desa Waru, namun berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Saparua di sebelah utara Desa Waru

5. Bahasa Nila

Dulu bahasa Nila ini dituturkan masyarakat di Desa Kokroman, Usliapan, Kuralele, Ameth, Bumey, Sifluru, Wotay, Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

LBahasa Nila mempunyai dua dialek, yaitu dialek Kokroman dan dialek Bumey. Dialek Kokroman terdapat di Desa Kokroman, Usliapan, Kuralele serta Ameth. Sedangkan dialek Bumey terdapat di Desa Bumey, Sifluru, serta Wotay.

6. Bahasa Tandia

Bahasa Tandia merupakan bahasa yang telah punah. Dulu, bahasa ini dituturkan masyarakat di Kampung Tandia, Distrik Rasie, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.

Pada 2001 dan 2002, dua penutur terakhir bahasa Tandia ini telah meninggal dunia.

Anak-anak yang berada di kampung ini tidak lagi mengerti bahasa Tandia. Hal ini lantaran tidak adanya transmisi bahasa dari orang tua mereka.

Anak-anak dari penutur bahasa ini hanya mengerti sedikit kosakata. Dari 1.089 kosakata, hanya 34 kosakata yang diketahui.

7. Bahasa Mawes

Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat di Kampung Maweswares, Distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi, Papua.

Berdasarkan pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Maweswares dituturkan bahasa Podena serta di sebelah barat dituturkan bahasa Biriduwa.

Sumber: Sindonews

Pos terkait

Comment