Tiga Desa Di Bintan Jadi Tempat Pertama Penerapan WASH DI Indonesia

  • Whatsapp

BR . KEPRI – Persoalan sanitasi dan air bersih merupakan hal mendasar yang mempengaruhi kesehatan masyarakat dan butuh perhatian secara khusus dalam penanganannya.

Demikian disampaikan Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad saat meresmikan program WASH di Kantor Desa Busung, Bintan,dimana tiga desa di Kabupaten Bintan yaitu Desa Busung, Kuala Sempang, dan Pengujan menjadi desa pertama penerapan WASH (Water, Sanitation and Hygiene) di Indonesia. Program WASH merupakan inisiasi tim Safe Water Garden bekerja sama dengan Global Water Partnership, Universitas Gadjah Mada, UMRAH, dan mendapatkan hibah dari Tauw Foundation untuk membangun fasilitas sanitasi di 58 kepala keluarga di tiga desa tersebut.

“Pemerintah tentunya telah memberikan dukungan dan mendorong upaya peningkatan kualitas hidup melalui berbagai program kesehatan, dimana hal sanitasi dan air bersih menjadi hal pertama yang kita tangani dulu,” ujarnya.

Ansar juga mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat, serta mengajak seluruh masyarakat untuk turut serta mendorong kesadaran akan pentingnya kesehatan.

“Saya mengapresiasi seluruh pihak-pihak yang terlibat, dimana Pemerintah Kabupaten Bintan dan Loola Adventure atas terselenggaranya kegiatan ini, saya juga mengimbau kepada seluruh masyarakat agar selalu memperhatikan kebersihan dan kesehatan, karena faktor utama kesuksesan kegiatan ini secara bersama-sama menjaga kebersihan,” papar Gubernur Ansar.

Program WASH berhasil menghasilkan fasilitas yang meliputi sistem sanitasi berupa septic tank, wastafel dapur, tandon air, dan water filter. Program ini telah menghasilkan dampak yang positif, dengan terpasangnya 48 unit SWG (Safe Water Garden), 5 tandon air, 51 wastafel dapur, 46 toilet, dan 58 filter Nazava. Sebanyak 216 warga dari 58 kepala keluarga telah terdampak positif oleh program ini, serta munculnya 13 usaha mikro baru.

Founder Safe Water Garden sekaligus pemilik Loola Adventure Resort, Dr. Marc Van Loo, mengungkapkan pendanaan program ini tidak sepenuhnya menggunakan dana penyandang program, namun juga menggandeng dana desa sebesar 50 persen. Hal ini menunjukkan kolaborasi yang erat antara pemerintah daerah dan masyarakat setempat dalam memajukan program ini.

“Meskipun program serupa biasanya didanai sepenuhnya, namun melibatkan dana desa sebagai salah satu sumber pendanaan memberikan peluang pemberdayaan ekonomi masyarakat di tingkat lokal,” katanya.

Pos terkait

Comment