Ritual Mandi Safar Jadi Momen Pererat Silaturahmi Polri Dan Masyarakat

  • Whatsapp

Kapolsek Daik Lingga Mayson Syafri ikut Ritual Mandi Safar, di Desa Persiapan Cempaka, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Rabu (20/8/2025)
(f.istw)

BAROMETERRAKYAT.COM,LINGGA- Di Kabupaten Lingga ada sebuah ritual yang hingga saat ini terus dilestarikan oleh masyarakat setempat.

Ritual adat tersebut adalah Mandi Safar, sebuah tradisi masyarakat Melayu yang rutin digelar setiap Rabu terakhir di bulan Safar 1447 Hijriah.

Ritual Mandi Safar menjadi bagian dari Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia yang terus dijaga kelestariannya oleh masyarakat pesisir,

Dalam melestarikan budaya warisan leluhur itu, Kapolsek Daik Lingga, Mayson Syafri, turut ambil bagian dalam ritual adat Mandi Safar di Desa Persiapan Cempaka, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Rabu (20/8/2025)

Dengan mengusung tema “Cinta Tradisi, Julang Negeri”, ritual Mandi Safar
merupakan tradisi yang sarat makna ini dipercaya sebagai sarana untuk menolak bala, menghindarkan musibah, serta menjadi bentuk doa bersama untuk keselamatan dan keberkahan hidup.

Prosesi Mandi Safar juga menjadi simbol kebersamaan, religiusitas, serta identitas budaya lokal yang tetap terjaga di tengah derasnya arus modernisasi.

Kapolres Lingga Pahala Martua Nababan, melalui Kapolsek Daik Mayson Syafri, menyampaikan bahwa kehadiran Polri dalam kegiatan budaya adalah bagian dari komitmen institusi dalam memperkuat sinergi dengan masyarakat serta mendukung pelestarian budaya.

“Kegiatan ini bukan sekadar tradisi, tetapi juga momentum untuk mempererat hubungan sosial, spiritual, dan budaya. Kepolisian selalu hadir mendukung kegiatan positif masyarakat, apalagi yang menyangkut pelestarian nilai-nilai luhur seperti ini,” ujar Mayson di sela kegiatan.

Ritual Mandi Safar dimulai dengan doa bersama, dilanjutkan ceramah keagamaan, dan kemudian prosesi mandi massal di tepi pantai atau sungai yang diyakini sebagai simbol pensucian diri dari bala dan penyakit.

Acara ini dihadiri oleh jajaran Pemerintah Kabupaten Lingga, tokoh adat, tokoh agama, serta masyarakat dari berbagai kalangan. Kehadiran berbagai unsur ini menunjukkan dukungan penuh terhadap pelestarian tradisi, sekaligus menegaskan bahwa budaya lokal adalah bagian dari kekayaan bangsa yang tak ternilai.

Editor: FIZANIKA YANSYAH

Pos terkait

Comment