Sulitnya mendapatkan ikan saat melaut dirasakan oleh nelayan tradisional kampung Sei Enam Laut Kelurahan Sei Enam Kecamatan Bintan Timur.
Sejak sepekan ini ikan belanak dan lebam yang biasanya masuk perangkap” jaring tangkul” tidak satupun yang diperoleh untuk dibawa pulang.
Padahal mata pencarian warga kampung itu satu-satunya yang bisa bertahan hingga saat ini untuk menafkahi keluarga hanya nelayan.
Peralatan yang digunakan untuk melaut pun sudah sangat ketinggalan. Jaring tanggkul ukuran kecil ditebar dipinggiran pesisir laut yang dibanyak ditumbubi pohon Mangrove (Bakau) tidak lagi jadi primadona sumber pendapatan nelayan tradisional.
Berbeda dengan sepuluh tahun silam, selain laut masih ramah lingkungan belum tercemar, nelayan jaring tangkul ini masih bisa lega dengan pendapatan yang diperoleh setiap hari turun melaut.
Menjadi nelayan tangkul saat ini tidak menjanjikan lagi, sulitnya lapangan kerja, membuat banyak orang yang beralih menjadi nelayan tanggkul menjadi alasan.
Berbekal perahu dayung atau perahu bermesin domping, sudah bisa menjangkau bibir laut dan pantai menebar jaring.
Mungkin itulah salah satu penyebab semakin sulitnya ikan belanak dan lebam diperoleh nelayan.
Selain itu, kata Dan, seorang nelayan tanggkul laut sudah semakin tercemar, sehingga ikanpun memilih hijrah ketempat yang lebih aman dilaut yang zonanya hanya bisa dijangkau dengan alat tangkap modern.
“Sekarang memang susah nak cari ikan jenis belanak dan lebam di pesisir laut. Seminggu ini tak dapat ikan sama sekali Sementara hanya nelayan satu-satunya pekerjaan yang ada saat ini,” ujar Dan saat ditemui usai melaut dirumahnya Kampung Sei Enam Laut.
Pria berparas hitam manis ini menuturkan, selain bulan terang juga sudah terlalu banyak orang yang jadi nelayan tanggkul untuk memenuhi kebutuhan hidup.***
Comment