Tidak Hanya Belajar Menghapal Al Quran, Bela Diri Taekwondo Jadi Pilihan
Pagi itu jam menunjukan pukul 07.00 Wib, udara pun masih terasa sangat segar. Satu persatu santri Ashabul Quran berdatangan berkumpul dilapangan depan sekolah.
Tidak terlihat mereka mengenakan seragam seperti layaknya organisasi bela diri. Memakai trening dipadu baju kaos olahraga, santri pria dan wanita membentuk barisan.
Sementara dihadapan mereka ada pria tegap berpakaian serba putih dipinggangnya ada lilitan sabuk hitam siap melatih para santri.
Pria yang dipanggil dengan sebutan “Sabam” sebutan untuk pelatih bela diri taekwondo, tampak bersiap untuk mulai melatih dan mencontohkan gerakan-gerakan dasar seni kaki dan kepalan dari negara Korea ini.
Para santri yang masih kanak-kanak ini begitu antusiasnya mengikuti gerakan pemanasan guna merenggangkan otot tangan dan kaki.
Dimanapun mereka berada tidak luput bermain. Raut wajah santri yang masih polos terlihat, maklum saja mereka masih anak-anak, tertawa canda gurau sesama mereka sekali-kali dilakukan, namun suasana latihan taekwondo perdana itu berjalan tertib. Kedisiplinan dan saling menghormati sesama serta percaya diri ditanamkan untuk para siswa taekwondo.
Saat Sabam mulai mencontohkan gerakan tendangan dasar, para santri inipun mencoba menirukan. Ada saja ulah mereka, gerakan yang diiringi suara penyemangat lagi-lagi jadi sebuah mainan.
Hingga akhir latihan, sabam memberikan arahan kepada para santri,latihan ini akan berlanjut setiap hari minggu.
“Jangan ada yang terlambat lagi ya, pukul setengah delapan kita mulai,” katanya.
Orang tua wali yang saat itu turut menyaksikan anaknya sedang berlatih, tersenyum. Ada raut wajah senang dan bahagia melihat putra dan putrinya yang tidak hanya jago menghapal Al Quran, juga sudah menekuni bela diri taekwondo yang dijadikan pelajaran ekstra kulikuler para santri di yayasan Ashabul Quran Indonesia.***
Comment