BAROMETERRAKYAT.COM, JAKARTA. Peneliti Pusat Sains dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Andi Pangerang menyebut puncak matahari terbit lebih awal di Indonesia ada di awal November.
Hal tersebut menyebabkan siang lebih panjang, karena terang datang lebih awal di pagi hari. Andi mengatakan secara astronomis, Matahari akan terbit lebih awal untuk belahan Bumi Selatan.
Matahari terbit lebih awal akan terjadi ketika sumbu rotasi Bumi bagian selatan lebih dekat dengan Matahari yaitu pada solstis Desember, yang tepatnya akan terjadi setiap 22 Desember.
Sedangkan di belahan Bumi Utara, Matahari akan terbit terlambat karena sumbu rotasi Bumi bagian utara itu menjauhi matahari. Kondisi itu terjadi sebagai bagian dari gerak semu Matahari.
“Sebaliknya pada saat solstis Juni belahan utara atau sumbu rotasi Bumi utara akan condong ke Matahari sehingga matahari akan terbit lebih cepat, sedangkan di belahan selatan sumbu rotasinya akan menjauh sehingga Matahari akan terbit lebih lambat,” ujar Andi melansir dari CNNIndonesia.com, Rabu (3/11).
Andi juga menyebut jika kemiringan sumbu Bumi menjadi faktor lain yang menyebabkan Matahari terbit lebih cepat.
Kemiringan sumbu Bumi disebut bervariasi yang dinyatakan sebagai nilai deklinasi matahari yaitu kemiringan sumbu relatif terhadap kutub langit atau posisi relatif Matahari yang diukur dari garis khatulistiwa.
Pada saat Ekuinoks Maret, nilai deklinasi Matahari nol yang artinya sumbu rotasi Bumi akan tegak lurus menghadap Matahari. Jadi tidak ada belahan Bumi manapun yang lebih condong ke Matahari baik bagian Utara maupun Selatan.
Pada saat solstis di mana sumbu Bumi akan condong ke Matahari, pada satu belahan bumi tertentu akan menghasilkan nilai deklinasi Matahari positif.
Sementara, pada saat belahan lain jauh dari Matahari maka deklinasi Matahari itu nilainya paling negatif.
Comment