BR, KEPRI –
Terpencil dan terisolir,begitulah keadaan Desa Mentuda,salah satu kampung di Kabupaten Lingga
yang ada di Kepulauan Riau, memiliki 13 Kecamatan, 7 Kelurahan dan 82 Desa. Sebagian besar desanya berada di daerah pesisir yang masih terpencil dan terisolir. Selain sulit akses transportasi, juga minim jaringan komunikasi. Termasuk hal ini dialami oleh masyarakat di Desa Mentuda. Desa Mentuda sendiri terdiri dari 4 Dusun, yaitu Dusun Pulon, Dusun Jelutung, Dusun Tembuk dan Dusun Mentengah.
Akses menuju Desa Mentuda tidak mudah dan ini dialami oleh Gubernur Kepri Ansar Ahmad dan rombongan kali ini. Meskipun tetap bisa dilalui, namun untuk kapal berbadan sedikit besar dan lebar seperti Kapal Kepri 1, keadaan alur lautnya terhitung terlalu dangkal dan beresiko kandas.
Karena tidak bisa akses langsung ke Desa Mentuda, Kapal Kepri 1 diarahkan uituk singgah di Dusun Pulon terlebih dahulu yang alur lautnya masih tergolong dalam. Puluhan perahu pompong mengiringi kapal Kepri 1 di perairan Pulon. Di Pulon para penumpang akan dipindahkan ke perahu pompong yang sudah menunggu. Cara ini dinilai paling aman dan efektif. Namun cara ini tidak sampat dilakukan.
Dan akhirnya Gubernur Ansar dan rombongan bisa tida di dermaga Desa Mentuda.
Kehadiran Gubernur Ansar disambut suka cita oleh masyarakat Mentuda,maklum desa mereka untuk pertama kali dikunjungi oleh Gubernur sejak Kepri terbentuk.
Adat Melayu berupa tepung tawar dan pencak silat menyambut kedatangan orang nomor satu di Kepri.
Pertemuan Gubernur Ansar dengen masyarakat Mentuda dipusatkan di lapangan sepak bola. Selain membuka turnamen Sepakbola Mentuda Cup V, merupakan kesempatan bagi masyarakat setempat untuk bersilaturahmi dengan Gubernur.
Disini Gubernur Ansar Ahmad mulai mendengarkan berbagai keluhan masyarakat yang disampaikan oleh Kepala Desa Darmawan. Masyarakat merindukan ketersediaan jaringan internet, selain listrik yang masih belum terakses dengan baik. “Semoga apa yang menjadi keluhan masyarakat ini, dengan hadirnya Bapak Gubernur sekarang, kedepannya bisa ada solusi,” ujarnya.
Keluhan lainnya, lanjut Darmawan, saat ini satu-satunya akses ke Desa Mentuda hanya melalui jalur laut yang baru saja dilalui oleh Gubernur dan rombongan. Dan sangat bergantung dengan kondisi pasang dan surut nya air. “Ketika air pasang kami bisa beraktivitas, namun kalau surut kami hanya bisa diam di desa tanpa bisa apa-apa,” katanya.
Sementara tokoh masyarakat setempat, Islam Haris menyampaikan Mentuda ini masih terisolasi, akses hanya lewat sungai, pasang surut menentukan. Ia menceritakan pernah ada masyarakat yang hamil dan terpaksa melahirkan di pompong, dan anaknya meninggal.
Haris melanjutkan, masyarakat Mentuda meminta agar dibangunkan akses jalan darat menju ibukota di Daik melalui Sei Tenam agar aktivitas masyarakat bisa lebih leluasa. Bahkan kata Haris, saat air pasang pun masyarakat mesih belum leluasa, karana kapal penumpang yang bersandar di Mentuda masih jarang, atau hanya satu pelayaran.
“Itulah keresahan kami pak Gubernur, kami butuh akses komunikasi, transportasi dan listrik yang memadai untuk mendukung aktivitas masyarakat dan anak-anak belajar” katanya .
Gubernur Ansar pun satu persatu menjawab keresahan masyarakat Mentuda tersebut.
Ansar menjelaskan usaha Pemerintah Provinsi Kepri dalam upaya memaksimalkan penanggulangan titik-titik blank spot yang ada di Kepri, termasuk di Kabupaten Lingga, dan lebih khusus uituk Desa Mentuda.
“Waktu baru dilantik, saya bersama Dinas Kominfo langsung ke Kemekominfo RI. Kita usulkan 111 BTS agar di bangun di Kepri. Dan Alhamdulillah disetujui 77 BTS. Sebanyak 28 BTS diantaranya dialokasikan di Kabupaten Lingga, selebihnya dibagi-bagi di kabupaten da kota laina,” jelas Ansar.
Gubernur juga meyakinkan, Saat ini Pemerintah Provinsi Kepri sedang menggesa hingga batas waktu akhir Oktober akses internet di daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3 T) sudah bisa terlayani dengan baik.
“Semoga saja, usaha kita ini lancar . Kita butuh doa dari masyarakat semua,” katanya.
Begitu juga menyangkut akses jalan yang diidamkan masyarakat Mentuda, Sedikitnya dibutuhkan anggaran sebesar Rp60 Miliar untuk itu. Namun demikian, Ansar masih akan mengkaji ulang secara teknisnya karena jika jalur yang akan dilalui bersinggungan dengan hutan lindung, prosesnya akan sedikit rumit.
“Masalah jalan perlu kita kaji, kita diskusikan, mana yang paling efektif dibangun aksesnya. Kita hindari hutan lindung. Intinya saya akan dorong ini untuk menindaklanjuti,” kata Ansar.
Begitu juga menyangkut persoalan listrik, Gubernur Ansar akan segera komunikasikan hal ini kepada PLN. Tidak hanya untuk di Mentuda, tetapi juga untuk di daerah lain di Kepri yang masing belum teralirit listrik dyngan maksimal.
Comment