TANJUNGPINANG- Aliansi Jurnalis Independen ( AJI) Tanjungpinang gelar seminar Kampus dalam pusaran Politik.
Seminar ini dilaksanakan sejalan dengan Konferensi Kota (Konferta) ke III tahun 2024 di Hotel Bintan Beach Resort (BBR) Tanjungpinang, Sabtu(29/6).
Pengamat Politik, Zamzami A Karim, berpendapat bahwa kampus tidak haram berpolitik.
Ia mengatakan, untuk mentracking, karena hanya segelintir orang yang punya kesadaran.
Jangan sampai kampuspun ignorant ( kurang pengetahuan) juga karena diasingkan dari dunia politik.
“Kalau mereka ignorant berpolitik maka mereka berbahaya menjadi konsumen fake news. Tidak melihat fakta- fakta sosial di masyrakat,” kata Zamzami.
Menurutnya, sangat terpangaruh dengan matinya Sokrates salah aatu filsuf dari Yunani, karena mendirikam akedemia, bagaimana bisa melihat pengalaman Sokrates.
Tetapi politik harus memiliki etika, kalau tidak etik tidak bisa dipakai
” Tidak haram kampus berpolitik, karena masih ada yang memperotes. Dunia kampus di zaman order baru mengalami refersi orde baru. Yudikatif, esekutif sudah tidak bisa, maka kita berharap kepada pers dan mahasiswa,” paparnya.
” Politik ini yang akan membuat UKT turun dan naik. Dan menentukan pekerjaaan adik adik mahasiswa. Diusia usia seperti mahasiswa inilah lapar dan hausnya ilmu pengetahuan, baca semua buku. Tetapi kita tetap menjaga netralitas,” tambahnya .
Akibatnya, apabila mahasiswa tidak turut serta dalam dunia politik masa depan negara ini akan suram.
“Karena kita butuh mereka,” tutupnya.
Sementara itu, Ketua KPU Kepri, Indrawan mengatakam bahwa peran mahasiswa dikondisi politik pada Pilkada 2024 sangat dibutuhkan.
Saat ini KPU telah membuka peran mahasiswa sebagai pemantau, tetapi sampai hari ini belum ada satupun pemantau yang mendaftar.
“Mudah-mudahan diskusi kita ini ada pemantau bisa dari kampus dan lembaga masyatrakat nanti kita akan pandu,” kata Indrawan.
Sebagai pemantau harus memiliki indenfedensi, yang akam mengawal KPU, Bawaslu dan pemerintahnya.
Namun ini harus ada keinginan dan keberanian, butuh dorongan daei kampus bagaimana kampus, karena ketika kampus bergerak menjadi pemantau maka orang-orang yang berniat merusak demokasi pasti berfikir dua kali.
“Karena kampus ini paling independen dan idialis. Ini Peluang adik-adik untuk melakukan aktualisasi diri,” jelsnya.
Ditempat yang sama, Guru Besar Pasca Sarjana Universitas Pakuan Bogor, Prof. Dr. Andi Muhammad Asrun, mengatakan problem kampus mahasiswa ini lebih cenderung untuk belajar stetapi seharusnya mengikuti kegiatan ekstra dan aktivis kampus.
Jadi menjadi pemantau pemilu itu bisa mengantar mahasiswa menjadi pemimpin kedepan. Ini jalan adik- adik, dan terbuka menjadi aktifis kampus.
” Memang menjadi aktifis tidak populer. Jadi bagaimana untuk meningkatkan aktualisasi diri. Pilihanya terserah kepada adik- adik mahasiwa. Saya sangat mendorong kepada mahasiswa untik aktif tetapi jangam lupa belajar,” imbuhnya.
Editor: ERWIN
Comment