“Ngamen Untuk Membiayai Sekolah Anak”
Ngamen sebenarnya bukan tujuan hidup seseorang, kesulitan ekonomi dan demi perut ibu separoh baya ini terpaksa ngamen untuk membiayai hidup keluarga.
Suami yang sedang sakit menjadi tekat ibu satu anak ini berjalan kaki dengan shon pemutar lagu lengkap dengan USB berisikan berbagai macam lagu serta mix kecil untuk bernyanyi.
Berbeda dengan pengamen lainnya, bermodalkan alat sederhana ini, ia menyambangi toko-toko dan kedai kopi pusat keramaian mengharapkan belas kasihan orang yang mendengar lagu yang ia lantunkan.
Uang recehan seribu, dua ribu diberikan oleh orang yang menaruh simpati dan mau berbagi dengan ibu yang mengaku berasal dari pulau Jawa.
Wanita yang hanya mengecap pendidikan kelas empat di Madrasah Ibtidaiyah setingkat sekolah dasar (SD) berjuang hidup meranrau ke Tanjungpibang untuk menyekolahlan putra satu-satunya yang berada di kampungnya.
“Saya masuk ke Tanjungpinang tahun 2011 lalu. Awalnya kerja jadi asisten rumah tangga. Tapi sekarang udah enggak ada yang pake tenaga saya, akhirnya saya banting setir ngamen jalanan dengan suami,” ujarnya saat ditemui sedang ngamen dikawasan kedai kopi Bintan Center.
Penghasilan dari ngamen, kata wanita separuh baya ini, mengaku sehari pendapatannya tidak menentu. Terkadang bisa banyak, bisa juga sedikit.
“Seharian keliling ya, bisa dapat 50 ribu lah pak,” ujar ibu ini sembari tersenyum.
Uang hasil ngamen ini, kata ibu ini untuk makan dan selebihnya dikumpul untuk kirim ke kampung buat biaya sekolah anak semata wayangnya.
“Sekarang anak saya udah tamat SMA dan coba-coba cari kerja,” imbuhnya.
Tinggal di Tanjungpinang, kata wanita bertubuh kecil ini, berbeda dengan di kampung. Walau tinggal ngekos tidak jauh dari masjid, bisa dapat uang walau dengan mengamen.
Menurutnya di kampung sangat sulit lapangan kerja, di Tanjungpinang pun jika ada pekerjaan yang memadai mungkin akan beralih tidak ngamen lagi.***
Comment