BAROMETERRAKYAT.COM,TELUK WONDAMA-Pelabuhan-pelabuhan itu dibangun, kata Presiden, selain untuk angkutan penumpang juga untuk mempermudah angkutan barang. Tapi, keberadaan pelabuhan di beberapa lokasi tidak serta merta menurunkan harga barang-barang, karena untuk pengangkutan barang masih memerlukan konektivitas dengan modal transportasi lainnya yang tergantung dengan sarana infrastruktur yang dimiliki.
Presiden memberikan gambaran tentang yang terjadi di Papua. Di Merauke dimana telah ada pelabuhan, sehingga barang darimanapun sudah bisa tiba di Merauke, tapi untuk melanjutkan pengiriman kebutuhan masyarakat atau logistik ke wilayah Pegunungan Tengah diperlukan jalan darat. “Harga bensin hingga Rp. 60 ribu, semen Rp. 800 ribu karena jalan darat tidak ada. Tahun ini jalan darat bisa tembus,” ucap Presiden.
Jalan darat juga tengah dibangun dari Manokwari-Wendesi-Wasior dan hanya tersisa 30 km yang belum terselesaikan. “Tahun depan semoga sudah tembus. Ini janji Menteri PU, bukan janji saya,” ujar Presiden.
Presiden menjelaskan bahwa konektivitas antar kota-kabupaten dan juga lintas moda transportasi akan menjadikan harga barang-barang menjadi sama di semua tempat. “Kalau semua sambung, barang-barang akan sama harganya di semua tempat,” ujar Presiden.
Presiden sempat bertanya tentang harga semen di Teluk Wondama, “Berapa harga semen?” “Delapanpuluh ribu,” jawab warga serempak. “Berapa harga bensin?” tanya Presiden. “Duabelas ribu,” jawab warga. “Kok mahal ya? Kalau ke daerah saya akan cek bila ada kekeliruan,” ucap Presiden.
Presiden menjelaskan bawah pengecekan kondisi yang terjadi di masyarakat merupakan bagian dari tugasnya. “Harus diselesaikan kalau ada masalah. Kalau ada salah harus diluruskan. Itulah perlunya turun ke bawah atau lapangan,” ujar Presiden.
Saat akan meresmikan Pelabuhan Wasior, warga yang hadir di acara tersebut berteriak, “Lampu…lampu..lampu”. Presiden balik bertanya kepada warga, “Lampu? Listrik maksudnya. Hampir semua provinsi mengalami masalah krisis listrik,” kata Presiden.
Krisis listrik ini, ucap Presiden, terjadi karena adanya keterlambatan membangun pembangkit listrik. “Hampir di semua provinsi ada yang sehari byar-pet 8 kali, 4 kali, 3 kali. Nanti saya bicarakan dengan Bapak Bupati,” ucap Presiden.(REDAKSI)
Comment