Hari Santri 2025: Momen Kebangkitan Santri di Panggung Dakwah dan Digital

  • Whatsapp

Oleh: Sarpandi, S.Sos , Infokom Banser Tanjungpinang

Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2025 menjadi lebih dari sekadar perayaan. Ia adalah momentum krusial bagi kebangkitan santri di era digital ini. Di tengah arus informasi yang deras dan tantangan ideologi yang beragam, santri memiliki peran vital dalam menjaga nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin.

Kita menyaksikan bagaimana ruang-ruang digital, dari media sosial hingga platform video, menjadi medan pertempuran ideologi. Serangan terhadap amaliyah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) semakin intensif, menyasar berbagai aspek kehidupan umat. Inilah saatnya para santri, yang telah ditempa dalam kawah pendidikan pesantren, mengambil peran sebagai garda terdepan dalam menjaga dan menyebarkan ajaran Islam yang benar.

Bekal keilmuan para santri tidak perlu diragukan lagi. Ilmu nahwu, shorof, fiqih, tafsir, dan disiplin ilmu lainnya telah tertanam kuat dalam diri mereka. Namun, seringkali, sikap ewoh pakewoh atau rasa sungkan menghambat mereka untuk tampil dan berbagi ilmu. Mental “tidak enak” atau merasa kurang pantas untuk berbicara di depan publik harus segera diubah.

Kita tidak boleh membiarkan ruang-ruang dakwah dikuasai oleh mereka yang mungkin kurang memiliki kedalaman ilmu agama, namun berani tampil. Jika demikian, nilai-nilai keislaman yang luhur berpotensi terkikis oleh narasi-narasi yang keliru atau bahkan menyesatkan.

Oleh karena itu, Hari Santri 2025 harus menjadi titik balik. Para santri, dari berbagai jenjang pendidikan, harus berani keluar dari zona nyaman. Mereka harus aktif memanfaatkan platform digital untuk berdakwah, berbagi ilmu, dan mengedukasi masyarakat.

Beberapa langkah yang perlu diambil:

Peningkatan Kapasitas: Pesantren perlu memberikan pelatihan intensif tentang penggunaan media sosial, pembuatan konten dakwah yang menarik, dan strategi melawan narasi negatif.
Kolaborasi: Santri perlu membangun kolaborasi dengan sesama santri, ulama, dan tokoh masyarakat untuk memperkuat jaringan dakwah.
Penyesuaian Gaya Dakwah: Dakwah harus dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami, relevan dengan konteks zaman, dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai adab dan kesantunan.
Pengembangan Konten: Membuat konten yang beragam, mulai dari ceramah, kajian singkat, tanya jawab, hingga konten kreatif lainnya yang menarik minat generasi milenial dan generasi Z.

Hari Santri 2025 bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang tanggung jawab. Mari kita jadikan momentum ini sebagai titik awal kebangkitan santri di era digital. Dengan semangat jihad dakwah, ilmu yang mumpuni, dan keberanian untuk berkontribusi, santri akan mampu mengisi ruang-ruang dakwah dan mengantarkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin ke seluruh penjuru dunia. Selamat Hari Santri Nasional!

Pos terkait

Comment