Gibran Center Desak BNNP Dan Polda Kepri Buru Bandar Narkotika Hasil Tangkapan BC

  • Whatsapp

Ketua
Gibran Center Kepri Patlindungan Purba

BAROMETERRAKYAT.COM,BATAM- Dua kurir narkotika jenis sabu berhasil ditangkap Bea dan Cukai (BC) Batam bersama aparat gabungan dalam rentang waktu 29 April hingga 1 Mei 2025 di Pelabuhan Internasional Batam Centre dan Bandara Internasional Hang Nadim. Namun penindakan ini disayangkan hanya menyentuh pelaku lapangan, sementara para bandar masih bebas berkeliaran.

Dalam konferensi pers yang digelar di Aula Lantai 3 Kantor BC Batam, Batu Ampar, Kamis (8/5/2025), Kepala Kantor BC Batam, Zaky Firmansyah, menyebut penindakan ini berhasil menggagalkan potensi peredaran narkoba yang bisa merusak hingga 15 ribu jiwa.

Sementara itu, Kepala Bidang P2 BC Batam, Muhtadi, menjelaskan bahwa dari kedua kasus tersebut telah diterbitkan Surat Bukti Penindakan, dan kedua pelaku—AD dan AY—sudah diserahterimakan masing-masing ke Polda Kepri dan BNNP Kepri untuk penyidikan lebih lanjut.

Menanggapi hal ini, Ketua Gibran Center Kepulauan Riau, Parlindungan Purba, meminta aparat penegak hukum, dalam hal ini BNNP Kepri dan Ditresnarkoba Polda Kepri, untuk tidak berhenti pada penangkapan kurir semata.

“Bea Cukai sudah menangkap dan bahkan sudah mengungkap inisial pihak yang diduga sebagai bandar, yaitu ‘AW’ dan ‘D’. Sekarang giliran BNNP dan Polda Kepri yang harus menindaklanjuti. Jangan hanya berhenti di kurir. Tangkap bandar-bandar yang menjadi otak dari semua ini,” tegas Parlindungan.

Dalam kasus pertama, wanita berinisial AD (36) ditangkap saat turun dari Ferry MV Citra Legacy 3 di Pelabuhan Batam Centre setelah datang dari Malaysia. Dari kopernya, ditemukan 18 bungkus sabu seberat 2.050 gram yang disembunyikan di balik pakaian dalam. AD mengaku dijanjikan imbalan Rp 20 juta oleh seseorang berinisial “AW” yang dikenalnya di Surabaya.

Dua hari kemudian, pria berinisial AY (29) ditangkap di Bandara Hang Nadim dengan membawa 1.029,2 gram sabu yang disimpan dalam celana jeans di kopernya. AY mengaku diperintahkan oleh “D”, seseorang yang dikenalnya semasa di Lapas, untuk mengambil koper di kawasan Dapur 12, Batam, dengan janji upah Rp 60 juta.

“Kita tidak ingin penegakan hukum seperti ini hanya memotong ranting, tapi membiarkan akarnya tumbuh kembali. Kalau bandar-bandar seperti AW dan D tidak ditangkap, maka peredaran narkoba akan terus berulang. Aparat harus naik kelas dalam penindakannya,” tambah Parlindungan.

Kedua pelaku dijerat dengan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup. Meski demikian, Gibran Center menegaskan bahwa ancaman sekeras apa pun tidak akan efektif jika para aktor utama tetap bebas menjalankan aksinya.

“Mereka yang ada di balik layar, para pemodal, harus dikejar. Jangan sampai aparat hanya menghukum orang-orang yang lemah, yang dijadikan kurir karena tekanan ekonomi atau dijebak oleh sindikat,” tutup Parlindungan. (*)

Pos terkait

Comment