Gotong royong ( Goro) dua kalimat ini hampir nyaris tak lagi disebutkan. Bahkan gotong royong yang biasa dilakukan oleh masyarakat untuk menjalin silaturahmi sesama warga sudah hilang ditelan zaman.
Saat era tahun 80 an, kegiatan gotong royong masih mengakar dan rutin dilaksanakan oleh masyarakat yang bermukim di perkampungan, pedesaan dan perkotaan.
Ketua RT saat itu bersama-sama warganya selalu mengiatkan gotong royong untuk kebersihan wilayah kampung mereka.
Tua, muda, ibu-ibu hingga anak-anak bahu membahu dengan peralatan cangkul, parang, sabit dan alat lain seadanya membersihkan areal kampung hingga bersih.
Berbeda dengan era zaman yang dikatakan “zaman Now” kesadaran masyarakat untuk mengalakan gotong royong nyaris hilang.
Ketua RT pun dengan susah payah membangkitkan semangat gotong royong.
Untuk menarik simpati warga untuk kembali mau membangkitkan gotong royong, kata Dayat Ketua RT 01 Kampung Bulang dengan trik kirim undangan gotong royong.
Dua minggu sekali, papar pria bertubuh langsing ini warga dikerahkan untuk gotong royong di kampung mereka.
“Undangan kita sampaikan kesemua warga, satu kali tak bisa hadir, dua kali pasti hadir, walau setor muka. Kesadaran warga harus disentuh, jangan lelah ngajak warga,” papar dayat.
Menurut Dayat, awalnya memang sulit untuk menggugah kesadaran warga untuk melakukan kerja sosial ini.
“Dua minggu sekali cukup lah, jalin silaturahmi sesama warga sekaligus menampung aspirasi warga,” katanya.
Walau sedikit yang dikerjakan, karena kebersamaan kampung jadi bersih dan silaturahmi terus terjalin.***
Comment