Pemuda Pacitan Tanjungpinang disela-sela pawai budaya memperingati Hari Jadi Kota Otonom ke-24,Sabtu (11/10).
(f.istw)
BAROMETERRAKYAT. COM, TANJUNGPINANG – Gemuruh musik Rontek mengalun syahdu, membelah hiruk pikuk jalanan Tanjungpinang yang meriah. Di tengah riuhnya pawai budaya dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Otonom ke-24, sekelompok pemuda dari Pacitan, yang bermukim di kota ini, berhasil mencuri perhatian. Di bawah naungan tema “Berbenah Bersama-sama, Mencapai Tujuan Mulia Sejahtera,” mereka mempersembahkan sebuah tarian Lesung yang sarat makna, mengukir kisah ketahanan pangan dengan sentuhan seni dan semangat gotong royong.
Pemuda Pacitan Tanjungpinang mengikuti pawai melintas di Tepi Laut.(f.istw)
Dari kejauhan, tampak para ibu-ibu anggun menari, menghentakkan alu pada lesung dengan irama yang selaras dengan musik Rontek. Gerakan mereka bukan hanya sekadar tarian, melainkan sebuah perayaan syukur atas anugerah Tuhan, atas kesuburan tanah dan melimpahnya hasil panen. Di belakang mereka, replika sapi yang gagah perkasa, lengkap dengan alat bajak tradisional, seolah menjadi saksi bisu perjuangan para petani.
Di sebelah kanan, para ibu-ibu dengan bangga menggendong hasil pertanian, memperlihatkan kekayaan bumi yang subur. Sementara itu, di sisi kiri, para bapak-bapak dengan tatapan bersemangat membaca cangkul sambil menari, menggambarkan kerja keras dan dedikasi dalam mengolah tanah. Kehadiran seekor kera putih yang lincah, berkeliling dan turut bergoyang, menambah keceriaan dan keunikan dalam pertunjukan.
Pemuda Pacitan antusias meriahkan pawai hari otonom Kota Tanjungpinang ke 24 tahun.(f istw)
“Kami ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya ketahanan pangan melalui seni,” ujar Jumawan, Ketua Panitia Pelaksana pawai dari Pemuda Pacitan. “Tarian Lesung ini adalah simbol syukur kami atas rezeki yang diberikan. Kami ingin masyarakat Tanjungpinang tahu bahwa di balik setiap piring nasi yang kita santap, ada perjuangan dan kerja keras para petani.”
Persiapan untuk penampilan ini bukanlah hal yang mudah. Selama dua minggu penuh, para pemuda Pacitan bahu membahu, bergotong royong di gedung Pendopo Pacitan, di jalan Keramat Kampung Sidomulyo, Kecamatan Tanjungpinang Timur. Mereka bekerja keras membuat alat peraga, mulai dari replika sapi hingga kostum yang indah. Malam-malam menjelang pawai, mereka berlatih keras, mematangkan gerakan tari Lesung dan memastikan harmoni musik Rontek.
“Gotong royong adalah semangat yang selalu kami junjung tinggi,” tambah Jumawan. “Kami percaya, dengan bersama-sama, semua pekerjaan akan terasa lebih ringan dan menyenangkan.”
Aribowo, Ketua Persatuan Pemuda Pacitan, mengungkapkan optimisme mereka untuk meraih prestasi dalam pawai budaya tahun ini. “Kami selalu berusaha memberikan yang terbaik,” katanya. “Setiap tahun, kami selalu mencoba menampilkan konsep yang berbeda. Tahun lalu, kami membawakan tarian Ketek Ogleng. Tahun ini, kami memilih tarian Lesung, karena kami ingin mengangkat tema yang relevan dengan kehidupan kita sehari-hari.”
Lebih dari sekadar ajang perlombaan, partisipasi Pemuda Pacitan dalam pawai budaya ini adalah wujud kecintaan mereka terhadap budaya dan semangat persatuan. Mereka membawa semangat gotong royong dan kecintaan terhadap tanah kelahiran ke bumi Lancang Kuning. Melalui tarian Lesung yang indah, mereka tidak hanya menghibur masyarakat Tanjungpinang, tetapi juga mengajak mereka untuk merenungkan makna ketahanan pangan, kerja keras, dan rasa syukur. Sebuah pesan yang disampaikan dengan tulus, diiringi irama Rontek yang menggetarkan jiwa. Sebuah kisah tentang semangat, budaya, dan harapan yang terukir indah di jantung kota Tanjungpinang.
Editor: SIVA AR
Comment