Peserta Diklatsar Banser V GP Ansor Kota Tanjungpinang saat menjalani prosesi pembai’atan di halaman PWNU Kepri,jalan Ir Sutami Tanjungpinang,Ahad (6/7). (f.Dan)
Jam menunjukan pukul 02.00 Wib, Ahad (6/7) dini hari. Malam itu diiringi suara jangkrik dan masih terdengar suara kendaraan bermotor yang melintasi jembatan utama Dompak.
Belasan peserta Pendidikan Pelatihan Dasar (Diklatsar) angkatan ke V Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kota Tanjungpinang dikumpulkan di tanah lapang tidak jauh dari jembatan.
Begitu juga dengan saya,alumni DTD II Banser tahun 2024 juga ikut bersama peserta Diklat yang wajib mengikuti caraka malam, yang saat DTD II tidak dapat mengikuti dikarenakan sakit.
Caraka malam merupakan bagian akhir dari materi Diklatsar yang wajib diikuti peserta sebelum dnyatakan diterima sebagai anggota Banser.
Sebelum dilepas satu persatu berjalan kaki,pelatih memberikan arahan kepada peserta terkait aturan caraka yang harus ditaati termasuk larangan yang tidak boleh dilsnggar selam a proses caraka.
Diawali dengan doa menohon perlindugan Allah SWT dipimpin oleh pelatih,agar proses sakral malam itu berjalan dengan baik dan lancar.
Peserta di bekali sandi sebagai petunjuk dan pesan rahasia yang harus dijaga hingga ke pos akhir.
Tiba saatnya peserta dilepas satu persatu,saya peserta terakhir yang diberi tanggungjawab membawa bendera kebesaran Banser.
Tepat pukul 03.00 Wib,saya peserta terakhir yang dilepas.
Berjalan kaki menelusuri jalan yang berbatu serta becek.
Lebih kurang 15 menit berjalan,dengan dipandu pelatih saya agar melewati jalan menanjak,penuh rintangan.
Tidak ada penerangan,jalan tanjakan hanya ada tali sebagai petunjuk untuk sampai di pos berikutnya.
Saat itu, pelatih yang bertugas di areal ekstrim itu mempertanyakan kondisi saya.
Saat itu, nafas mulai sesak terasa di dada kiri saya,dengan kondisi lelah, dan istirahat sejenak pelatih menyarankan agar tidak melanjutkan perjalanan.
” Silahkan berhenti dan balek kanan, jangan dipaksak an lanjut jika sudah tidak mampu,” ujar pelatih.
Keringatpun mulai membasahi baju ,dengan sisa tenaga yang ada sembari ber doa, dibantu pelatih,saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Tiba di puncak bukit,kondisi badan mulai melemah, nafas sesak,dan muntah yang isinya air semua.
Beruntung saat itu ada seorang pelatih yang bantu memijit pungung saya,sehingga sikit melegakan.
Pelatih mulai menginstruksikan agar disiapkan ambulan untuk diantar ke pos akhir.
” Lanjut,” kata saya sembari istirahat sejenak dan tanda tangan absen di pos tiga.
Beberapa pelatih pun mengawal saya untuk melanjutkan perjalan.Canda dan tawa mereka menjadi penyemangat saya untuk sampai ke garis finish.
” Ini masih setengah perjalanan,masih mau lanjut,” ujar seorang pelatih yang seangkatan saat DTD II.
Dengan sisa tenaga,saya tiba di pos empat melapor ke pelatih, disana saya mendapatkan arahan dan terus diberikan semangat untuk berkhitmat di Banser dan NU.
” Terus semangat dan ini adalah bagian usaha kita melatih mental,” ujar pelatih bebadan gempal tersebut memberikan semangat.
Sekira pukul 04.35 Wib,saya sampai di dibarak Diklatsar dan langsung menyerahkan bendera Banser kepada Ketua PC GP Ansor Tanjungpinang Romdhon Kholili S.Pd,diikuti oleh seluruh peserta.
Penulis : Ramdan Peserta Caraka Diklatsar BANSER V
Comment