Peserta Diklat Terpadu Dasar (DTD) II calon anggota Banser Tanjungpinang
(f. dok Ansor)
BR.TANJUNGPINANG- Minggu pagi sekira pukul 10.00 Wib, cuaca cerah kendati sesekali hujan gerimis turun,namun tidak menyurutkan peserta Diklat Terpadu Dasar (DTD) angkatan ke II Barisan Ansor Serbaguna (Banser) kembali berkumpul untuk mengikuti serangkaian puncak dari kegiatan Diklat di lapangan.
Lapangan upacara Pondok Pesantren Modern Al Kautsar jadi saksi dimana calon anggota Banser Kota Tanjungpinang ini di Baiat dengan tradisi kebesaran penerimaan anggota Banser baru.
Sahabat Dofar saat menjadi protokol upacara pembaitan Banser.(f.dok Ansor)
Saat dibaiat para anggota baru pengawal Ulama dan Kiai NU, dimandikan bunga wangi dan sebelumnya melakukan penghormatan kepada bendera merah putih dan pataka NU,Banser dan Ansor.
Ada yang menarik disaat anggota Banser ini mengikuti prosesi yang penuh khitnad saat dimandikan air bunga wangi oleh Kiai-Kiai NU.
Raut wajah yang berkaca-kaca terharu, bercampur sedih ,bahkan ada yang menangis tak terbendung saat memeluk para komandan dan pelatih,karena harus berpisah usai pendidikan.
Wajah lelah tidak nengendorkan semangat peserta Diklat Banser. (f.dok Ansor)
” Baru kali ini saya menangis terharu saat di Baiat jadi anggota Banser.Semoga apa yang telah diberikan oleh para komandan selama Diklat, saya semakin semangat berkhitmat di NU,” ucap Regar salah seorang peserta.
Itu adalah sepenggal cerita saat pembaitan, lain lagi kisah yang dituturkan oleh peserta Diklat Moch Dofar,pria yang sudah berumur 51 tahun ini merasakan pendidikan yang dijalani untuk menjadi anggota Banser itu tidaklah seperti membalikan telapak tangan.
Untuk mendapatkan seragam loreng kebesaran Banser,katanya tidaklah mudah,penuh dengan perjuangan dan pengorbanan.
Prosesi penyiraman air kembang wangi oleh Kiai NU usai di baiat kepada anggota Banser baru.(f.dok Ansor)
Menurutnya walau tiga hari harus meninggalkan keluarga terasa setahun tinggal di barak tempat pelatihan.
” Semua serba di atur,mau makan harus kompak belum lagi ada satu orang yang buat kesalahan,semua pasti kena hukum pus up atau jalan jongkok oleh komandan,” ucapnya.
Namun demikian itulah sebuah proses pendidikan, ia bersyukur dengan mengikuti DTD ini mendapatkan pengalaman baru yang tak akan pernah dilupakan.
Yang pasti,semangat para peserta untuk menjadi anggota Banser dilandasi dengan
semangat dan ikhlas tanpa pamrih berkhitmat di Nahdlatul Ulama.
” Kami bangga jadi anggota Banser,tidak semua orang bisa terpanggil untuk ikuti kaderisasi itu,panggilan jiwa dan hati,” ucapnya lagi.
Kembali ia menceritakan suka dan duka selama digembleng,ada yang lebih ektrim lagi dan belum pernah ia ikuti sebelumnya.
Saat tengah malam terakhir dengan kondisi tubuh lelah kurang tidur,semua peserta Diklat diarahkan berjalan melewati parit yang lumpurnya sangat dalam.
Belum lagi disetiap pos harus menghadapi para komandan yang siap menguji nyali seorang calon anggota Banser.
Pria yang murah senyum ini sangat merasakan betapa beratnya untuk mendapatkan dan memakai seragam PDL Banser.
” Ini pengalaman pertama saya rasakan,berat dan tidak mudah mendapatkan seragam PDL Banser.Butuh Perjuangan dan pengorbanan untuk meraihnya,” katanya.
Lelah berpeluh keringat akhirnya terbayar,ketika pagi hari Dofar dan sahabat lainnya di bait oleh Kiai menandakan telah lolos untuk jadi anggota Banser.
” Mengharukan saat di bait oleh Kiai,seumur hidup tidak akan kami lupakan, terima kasih atas bimbingan semua komandan,” tutupnya.
Penulis: ERWIN
Editor: RAMDAN
Comment