BR. KEPRI –
Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri merilis
pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau stabil naik.
Tahun 2022 pertumbuhan ekonomi Kepri tercatat tertinggi di bandingkan dengan 7 tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Kepri tahun 2022 tumbuh sebesar 5,09 persen.
Di tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Kepri mengalami kenaikan lebih 100 pesen. Selama masa pandemi Covid-19 pada tahun 2020 lalu, pertumbuhan ekonomi Kepri sempat terkontraksi hingga -3,8 persen. Namun dengan gerak cepat dan berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kepri dengan melibatkan peran seluruh stakeholder serta masyarakat, pertumbuhan ekonomi Kepri perlahan bangkit hingga mencapai angka 3,43 di tahun 2021. Dan di 2022 kini sukses memulihkan ekonomi di angka 5,09 persen.
Secara regional, pertumbuhan ekonomi Kepri berada di peringkat ke-3 se Sumatera dibawah Sumatera Selatan yang beraad di angka 5,23 persen dan Jambi di angka 5,13 persen. Sedangkan secara nasional Kepri berada di urutan ke-18, naik 1 peringkat dibanding tahun 2021 lalu di mana Kepri menempati urutan ke-19.
Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Setdaprov Kepri, Luki Zaiman Prawira mengatakan, dengan capaian angka pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 tersebut, dapat dikatakan perekonomian Kepri pasca pandemi mulai bangkit.
“Ini semua tidak lepas dari strategi Gubernur Ansar dalam upaya pemulihan ekonomi, jadi walau habis dihantam pandemi, diikuti kondisi perekonomian dunia yang tak menentu dengan adanya perang Rusia-Ukraina, di angka tersebut dapat dikatakan ekonomi Kepri tidak hanya pulih, tapi melejit” ujar Luki.
Mengutip rilis BPS Kepri, Luki menjelaskan pertumbuhan ekonomi Kepri pada Triwulan IV tahun 2022 secara Year on Year dibanding Triwulan IV tahun 2021 tumbuh sebesar 6,40 persen.
“Sedangkan secara Q to Q tumbuh sebesar 7,24 persen dibanding triwulan III tahun 2022 sehingga akumulasi pertumbuhan ekonomi Kepri di tahun 2022 mencapai 5,09 persen” jelasnya.
Dari angka tersebut, Luki memaparkan 5 besar kategori penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar di Kepri yaitu Industri Pengolahan dengan andil 1,91 persen, lalu Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan andil 1,02 persen.
“Lalu Konstruksi dengan andil sebesar 1 persen, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 0,65 persen, dan terakhir Transportasi dan Pergudangan sebesar 0,53 persen” tutupnya.
Comment