Dokter ‘Angkat Tangan’ Melihat Mata Bang Jali

  • Whatsapp

Dokter spesialis mata di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjungpinang heran melihat kondisi mata Zazali. Pria yang sudah menginjak usia kepala tiga itu mengalami kebutuan total‎.

‎Anehnya, dari pemeriksaan, dokter tidak menemukan adanya kejanggalan dari mata Bang Jali begitulah sapaan akrabnya.

Jali sudah mengalami kebutaan total lebih kurang satu tahun lalu. Namun, kebutaan itu terjadi begitu cepat, Jali harus menangung derita dengan kondisi matanya itu.

Jali hanya tinggal di gubuk tidak jauh dari Pelabuhan Jagung, Kelurahan Kampung Bulang, Kecamatan Tanjungpinang Timur ini, hanya berukuran lebih kurang 2×3 meter dengan dinding kombinasi dari papan, seng dan spanduk bekas.

Lantai hanya ditampal dengan papan alakadar dan  berlapiskan tilam tipis, di tempat itulah ia berlindung dari hujan dan panas.

Selian itu, musibah kebutaan total itu juga merenggut kebahagian mahligai rumah tangga Bang‎ Jali, lengkap sudah.

Sudah jatuh, tertimpa tangga pulak. itulah pribahasa yang tepat diutarakan untuk kehidupan Bang Jali.

Sudah musibah kebutaan melanda istripun ikut ‘mengembara’. Perempuan yang sudah dinikahi dua tahun lamanya pilih pergi menjadi ‘Bu Toyib’.

Desir angin sore menyambut kedatangan kami di gubuk Bang Jali, tampa kami sadari sudah berada di depan Bang Jali. “Ini Bang Jali,” ucap sang Adiknya Zainah mengawali pembicaraan.

‎Sekilas melihat, mata Bang Jali tidak ada bedanya dengan mata manusia normal, Bang Jali tidak terlihat sedang mengalami kebutaan.

Duduk diatas rakitan kayu, mengunakan kaos oblong berwarna merah dengan celana pendek Bang Jali mulai bercerita kepada kami.

Pria kelahiran 1987 itu, mengaku sudah berusaha untuk mengobati kebutaan yang menimpa dirinya, mulai dari pengobatan tradisional hingga moderen namun hasilnya selalu gagal.

Bahkan, saat pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda-tanda kerusakan pada retina mata Bang Jali.‎

“Dokter aja angkat tangan melihat mata saya. Saya pun heran,” ucap Bang Jali yang juga anak pertama dari empat saudara ini.

Dengan kondisinya itu, tidak tampak adanya raut kesediahan, sesekali ia sempat mengeluar kata candaan kepada kami bahkan tertawa.

“Saya sudah tua juga ya, kirain masih muda” begitulah kira-kira ucapan yang dikeluar kan Bang Jali. “Memang sudah tua dah,” jawab sang adik Zainah. Lalu disambut tawa Bang Jali, candaa itu memecehkan desiran angin sore itu.

Pria yang sebelumnya bekerja sebagai kuli bangunan ini, mengaku tinggal di gubuk sederhana karena tidak ingin menyusahkan saudara. Bang Jali menolak ajakan adik perempuan nya untuk tinggal bersama.

“Saya sudah ajak tinggal bersama saya, di Batu‎ 6 ngekos, tapi dia tidak mau dia (bang Jali),” ucap sang adik.

“Saya tidak mau nyusahkan, susah juga tinggal bersama adik, saya tidak biasa dengan kawan-kawannya,” timpal Bang Jali.

‎Merasa khawatir, bapak Bang Jali yang bekerja sebagai satpam di Laut Jaya, ikut tinggal tidak jauh dari gubuk Bang Jali kira berjarak lima meter.‎ “Bapak tinggal disini, karena khawatir pada dia,” kata Zainah.

Ia menceritakan, abang kandungnya itu mengalami kebutaan total semenjak pulang dari Kalimantan.

Bang Jali pulang ke kampung halaman istrinya setelah dua bulan menikah di Tanjungpinang. Kondisi Bang Jali di Kalimantan dari pengakuan ‎Zainah baik-baik.

“Di Kalimantan dia sempat berjualan, kami juga sempat video call, dia cakap tidak lama lagi nak balik ke Tanjungpinang,” katanya.

Setelah sampai di Tanjungpinang, kedua mata mulai rabun dan sampai mengalami kebutaan total hingga sekarang ini.

“Memang sudah ke dokter, tapi tidak sembuh juga. Dokter bilang tidak ada sakit apa-apa,” tukasnya.***

Pos terkait

Comment